Tama dan Sepeda Baru-nya

Rabu, 19 September 2012
Anak-anak dilingkungan ku lagi senang-senangnya main sepeda, Tama pun gak mau ketinggalan sering dia meminjam sepeda teman sebaya nya bahkan dengan sedikit memaksa, kadang dia menangis, kasian Tama belum punya sepeda sendiri, kasian juga teman sebaya Tama yang sering direbut paksa oleh Tama. 
Akhirnya kami memutuskan membeli sepeda baru untuk Tama, dia sungguh senang bukan kepalang ga mau lepas dari sepeda barunya dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, kasihan mbak Adel yang harus dorong-dorong sepeda Tama. 
Naya keponakan ku punya ga mau ketinggalan minta dibonceng mas Tama terus...


Dan pagi ini ada kejadian lucu, Tama baru bangun tidur, semalaman mengompol sebanyak 3 x maklum popoknya belum beli dan telanjang bulat karena mau mandi tiba-tiba tidak mau mandi dan mengambil sepedanya lalu pergi keluar rumah, aku cegah dia malah Tama marah ya sudah aku diamkan saja. tetangga-tetangga ku pada ketawa "wah Tama lucu banget naik sepeda ga pakai baju, malu tuh, tar dipatok ayam loh". aku pun hanya cengar-cengir saja, dan tak lama kemudian mbak adel membawakan baju dan sarapan pagi tama.

Bangun tidur ku terus main sepeda, 
tidak lupa sarapan pagi,
habis main sepeda ku mandi
terus main sepeda lagi....


Tama kehilangan Mbah Uti

Kamis, 13 September 2012
Tama-tama anakku sayang kemarin kamu membuat papa dan mama menjadi tambah sedih, mama pun tak kuasa membendung air mata yang menetesi pipinya, bagaimana tidak sedih aku mendengar cerita dari adik dan saudara-saudara ku kejadian kemarin siang, Tama kelimpungan mencari Mbah Uti-nya, Tama terus memanggil "Mbah uti Tama mana?, Mbah uti Tama mana? sambil menangis dan terus mondar-mandir keluar masuk rumah, dan kalau ditanya "Tam, Mbah Uti kemana? dan Tama pun menjawab sakit, jauh dan marah kalau dibilang Mbah Uti meninggal. Mendengar cerita itu membuat kami menjadi sedih sekali betapa kehilangan besar yang kami rasakan bahkan Tama pun juga merasakannya, kehilangan sentuhan lembut, dekapan hangat, perhatian yang tiada duanya, dan lezatnya masakan yang dibuat Mbah Uti dengan resep cinta dan sayangnya.

Sudah menjadi kebiasaan Tama yang senang sekali mentil dan dikeloni sama Mbah Uti disaat bobo dan ngedot susu. Selamat Jalan Mbah Uti, Semoga Mbah Uti bahagia dan Kubur Mbah Uti menjadi raudhatul jannah (taman di Surga) Allah SWT.




Ibundaku Pergi untuk Selamanya

Senin, 10 September 2012

Hari Jum'at wage 7 September 2012 (20 Syawal 1433 H) merupakan hari paling berat dalam hidupku karena harus kehilangan seorang yang paling aku cintai dan aku sayangi sosok ibu yang selalu mendedikasikan hidupnya untuk keluarganya terutama anak-anaknya. tak kuasa air mata ini berlinang melepas kepergian mu wahai Ibunda ku. Sekitar 7 tahun ibu ku berjuang melawan penyakit yang dideritanya Diabetes yang terus menggerus kesehatan ibunda ku hingga menyerang kemana-mana, ginjal, jantung dan mata, bahkan sebelum bulan Ramadhan mata nya pun sudah dioperasi karena Glukoma. 

Teringat sewaktu pertama kali ibunda ku dirawat di rumah sakit aku berdoa demi kesembuhannya, aku berharap Allah SWT memperpanjang umurnya sehingga Ibundaku bisa menemani ku wisuda, menikah dan membantu memomong cucunya, anak ku dan Allah pun mengabulkannya, tapi aku tidak percaya terlalu cepat ibundaku yang berumur 56 tahun dipanggil yang Maha Kuasa.

Ibu, sekarang sudah enak, sudah tidak menderita sakit lagi, ibu sudah merdeka tidak merasakan beban lagi, kenangan manis dan pahit kehidupan bersama mu selalu kan kami kenang, terbayang perjuangan mu, terbayang penderitaan mu, terbayang kegigihan mu. Dan terbayang pula dosa, kesalahan dan durhakanya diriku hingga sampai akhir hayat mu, kami belum bisa membahagiakan mu wahai Ibundaku. Ampuni dan maafkanlah kami.

Semoga Ibundaku mendapat tempat yang layak disisi-Nya, dilapangkan kuburnya, diterangkan kuburnya.

Ya Allah Ampunilah dosa ku dan kedua Orang tua ku dan Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku kecil. 

"Selamat Jalan Ibunda, Doa anak-anak mu selalu menyertai mu."