Assalamu alaikum wr wb.
piye kabare? hehehhee sudah lama saya tidak update di blog saya ini maklumlah sudah mulai banyak dan terus bertambah pekerjaan saya, terlebih setelah penyatuan kantor membuat saya semakin larut dengan kesibukan urusan kantor, jadi banyak sekali moment penting yang saya alami terlewatkan karena tidak sempat menulis kisah disini.
pada kesempatan kali ini saya ingin bercerita tumbuh kembang jagoan saya M. Haditama Wardhana, sekarang Tama sudah masuk PAUD Melati, sebelumnya saat umur 3 tahun Tama sempat masuk PAUD Mutia tapi berhenti tengah jalan karena Tama tidak enjoy masuk PAUD tersebut maklumlah baru 3 tahun, kerjaannya tidur dikelas dan tidak mau ikut belajar dikelas malah main di ayunan dan prosotan. Bahkan saat mau berangkat ke PAUD Tama sengaja mengompol sehingga tidak jadi berangkat ke PAUD.
Tapi itu dulu sekarang Tama malah senang dan rajin berangkat ke PAUD, bahkan Tama di tunjuk sebagai ketua kelas, maklum Tama kan tinggi besar. aku sering bertanya, Tama senang sekolah PAUD?, aku senang pah aku punya teman banyak, Tama menjawab. Senang sekali aku mendengarnya, dan pikirku Tama sebaiknya juga kudaftarkan ke TPA biar belajar huruf hijaiyah, jadi pagi Tama PAUD sore hari TPA.
hari pertama Tama masuk TPA aku bertanya, Tama senang tidak masuk TPA? dia menjawab tidak pah, aku tuh lebih senang di PAUD. pikirku wajarlah hari pertama kan butuh proses penyesuaian, terus aku mendapat aduan dari istri ku, katanya Tama tidak mau ngaji, malah lari-larian terus mainin rebana dan sebagainya. Dan belumlah genap seminggu Tama pun dipecat alias dikeluarkan dari TPA, ustadzah nya sudah kewalahan dan tidak sanggup, dan Tama pun dipersilahkan untuk belajar membacar huruf hijaiyah dirumah saja.
Tiap
anak punya karakter dan potensi yang beragam. Pendidikan bukan untuk
menyeragamkan tapi untuk membuat mereka tumbuh spesial dengan
keistimewaannya masing-masing.
Memang ku akui Tama ini spesial dia itu sangat aktif, kalau tidak sabar bisa-bisa mengundang amarah, tapi itulah dunia anak jangan batasi anak untuk mengeksplor diri dan sekitarnya, seperti yang dikatakan oleh kakek ku mbah gembong, anak nakal itu berarti sugih akal (kreatif) apa mau anaknya cuma diam plonga-plongo aja. Jangan hambat kreativitas anak dengan menyeru kata tidak boleh atau jangan, biar saja selama tidak membahayakan.
Saya juga ingat pesan seorang guru tentang pendidikan anak ala Ali bin Abi Thalib yang dibagi menjadi tiga fase:
1. 0-7 tahun perlakukan anak sebagi Raja
berilah kasih sayang dengan maksimal, mendengar dengan baik, memeluk, mengelus punggung, mengusap kepala, jangan dimarahi, jangan banyak larangan.
2. 8-14 tahun perlakukan anak sebagai Tawanan
Latih anak-anak mandiri, belajar untuk bertanggung jawab akan dirinya sendiri, sudah diterapkan larangan dan kewajiban
3. 15-21 tahun perlakukan anak sebagai Sahabat
sering diajak bicara dari hati ke hati, boleh mengontrol tapi jangan otoriter, sudah diberikan tanggung jawab
PR dari Tama untuk menggambar Perahu layar dan Ikan-ikan