Setiap aku berdiri di ujung warung itu, saat itu pula mata ku
memanas, menahan tangis, menahan kerinduan akan ayam bakar buatan ibu
yang sangat istimewa,Istimewa karena ayam bakar kecap adalah menu
unggulan di WARUNG BUDE YANI...warung sangat sederhana di kawasan
Simprug. Warung yang menjadi tonggak utk mewujudkan cita-cita dan mimpi 3
anak yang ingin menggapai pendidikan tertinggi yang bisa di
raih...Mimpi seorang buruh bangunan yang ingin anak2 mereka tidak
bernasib spt mereka menjadi pekerja kasar di kota metropolitan
ini.Warung yang menjadi training centre agar anak2 mereka menjadi
tangguh dan kuat dalam mengarungi hidup ini....belajar utk selalu
bersyukur dan bersabar...
Warung Bude Yani sekarang
sudah tidak ada lagi krn ibu sang Koki Utama sudah tidak kuat lagi
menjalankan warung itu krn sakit diabetes. Selama hidupnya ia hidup utk
orang lain, sebelum menikah ia abdikan dirinya utk ibu dan adik2nya.
Setelah menikah ia abdikan jiwa raga nya utk suami dan anak2
nya....untuk ku!! Betapa keras kepalanya aku (ngeyel) ingin kursus bhs
inggris dan komputer, ingin melanjutkan kuliah meskipun aku tahu scr
logika orang tua ku tdk akan sanggup membiayai kuliahku dan kedua
adikku...
Tapi Ibu dan Bapak dengan tidak pahaman
mereka ttg itung2an matematis pemasukan dan pengeluaran setuju2 saja dgn
keinginan ku itu..."yang penting kamu sekolah yang bener aja, soal
biaya Bapak dan Ibu yang cari in, diutang2in!!" Dengan keahlian memasak
yang dimiliki ibu, Warung Bude yani berdiri, tanpa perhitungan bisnis.
Bismillah demi biaya sekolah anak2. Ya demi biaya sekolah ketiga
anak2nya warung itu eksis. Bangun jam 3 pagi tidur jam 11 malam. Aku
yakin dia sangat lelah tp dia tak hiraukan itu, demi ongkos2 dan bayaran
kuliah kami....dan kini ibu hanya punya sisa2 tenaga krn diabetes.
Tertatih2 dia berusaha memasak makanan favorit cucu2nya... karena tidak
ada makanan yang enak... seenak masakan ibu!!
Berlinang
air mata aku menulis ini...ketika aku merasa lelah, aku teringat
ibu..lelahku hanyalah seujung kuku dibanding kelelahan ibu sepanjang
hidupnya...tidak ada apa2nya... Menjadi seorang ibu aku belajar dari
ibu... keikhlasannya, perjuangannya, kesabarannya semua tak tergantikan
oleh apapun juga.....Bahkan dia tidak begitu peduli dengan jerih
payahnya. "Alhamdulillah kamu dah punya rumah Win, kerja juga ga susah2
nguli spt ibu dulu, krn kamu skrng pny ijazah ga spt ibu dan bapak modal
dengkul doang..." Katanya suatu hari tapi dia tidak pernah mau tinggal
di rumahku. Dia lebih nyaman tinggal di simprug bersama Bapak. Susah
senang harus sama2. Apalagi Bapak mana mau tinggal ikut anak..."Saya
sudah pny rumah sendiri! katanya. "Kalau Bisa Bapak bantu anak, ga mau
merepotkan anak2, Orang tua lihat kalian semua seneng dan rukun2 semua
sudah cukup, sudah merasakan surga dunia" Betapa sederhananya keinginan
Ibu dan Bapak. Membuatku semakin teriris2 kalo mendengar mereka sakit.
Semoga
aku bisa menjadi orang tua spt Ibu dan Bapak... sangat tulus dan
ikhlas....tidak mengharapkan apa2 hanya semata2 mengharapkan
kebahagiaan anak2nya...dan selalu berjuang berusaha memberikan yang
terbaik dalam keterbatasan mereka....
Bapak ma ibu
mu ini ga sekolah SD aja ga tamat, Alhamdulillah bisa didik anak2 dan jd
spt kamu2 ini, Nah skrng kamu dah sekolah tinggi jadi Sarjana semua,
harus bisa mendidik anak2 lebih baik lagi!!! Ini tantangan terberat dari
Bapak untukku. Pernah suatu hari ketika dia lihat aku membacakan buku
cerita utk mirza dia bilang "Kamu sekolah tinggi dongengin anak aja pake
baca buku, dulu Bapak dongengin kamu "bejo dan paimin" ga pake buku
cuma ngarang doang" Aku jadi teringat salah satu kenangan indah bersama
Bapak ketika kami dengerin dongeng "Bejo dan Paimin" Cerita imajinasi
Bapak yang memberikan pembelajaran ttg hidup,ttg
cita2,motivasi,semangat. Ahh....Pak untuk bisa dongeng spt Bapak harus
sekolah lebih tinggi lagi di Universitas Kehidupan!!!
“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa” Amin...Amin...YRA
by: Winyarti Lestari (Jumat, 18 Mei 2012)
0 komentar:
Posting Komentar